Manhaj Islam Washatiyyah



Portalreligi-Jakarta: Pengkajian Ramadhan 1438 H yang di gelar oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah di UM Jakarta dengan mengangkat tema Muhammadiyah Memandu Keberagaman yang Mencerahkan, Mencerdaskan dan Berkeadaban  turut menghadirkan ulama besar Indonesia Prof. Dr. H. M. Din Syamsudin, MA. sebagai pemateri yang membuat kajian tersebut semakin menarik, senin (5/6/17).
Din Syamsudin yang diminta untuk menyampaikan Manhaj Islam Washatiyyah  menerangkan bahwa Islam Washatiyyahyang telah menjadi predikat dalam Islam diharapkan menjadi arus utama berjalannya Islam yang diambil saat ini menjadi manhaj pengkajian dimana jika diterjemahkan disebut Aqidah Tengahan.
Menurut Din Syamsudin terdapat empat hal tentang Islam Washatiyyah yang pertama Dinnu Rahma (agama sebagai rahmat), Dinnu Wasalamah (kasih sayang), Dinnu Hadarah (Agama Berkemajuan) dan Dinul Wasyahadah (agama sebagai pembuktian dan kesaksian).
Kemudian beliau melanjutkan, jika dikaitkan dengan umat Islam, Islam Washatiyyah menjelaskan umat islam sebagai umatan Washata. Kalau predikat lain dalam umat islam dapat dilihat dalam Hadist diantaranya (Al-Ummah yaitu Komunitas yang mengakui realitas Tuhan / mengakui satu Keyakinan). Al-ummah adalah sebuah konsep yang dibawakan oleh Muhammad S.A.W. yang terkonstruk dengan sangat baik di tanah Arab yang begitu kental dengan kekhilafahan.
Tidak cukup dengan itu, Din Syamsudin menekankan bahwa dalam ilmu sosiologis satu keturunan dapat disebut jika terdapat hubungan darah. Jika di Persia kesatuan tanah ditinjau dari garis tempat tinggal yang mengarah lebih pada asal tanah kelahiran. Maka pertanyaan yang dibangun Rasullullah saat berada di Madinah adalah membangun suatu Negara atau membangun Masyarakat yang tidak mengedepankan keduanya.
Din Syamsudin berpendapat bahwa dalam Pandangan Muhammadiyah untuk menyikapi pertanyaan tersebut yakni dengan menciptakan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Namun kata beliau hal itu juga tidak mengesampingkan Negara karena Negara juga Penting.
Beliau menambahkan bahwa ungkapan yang sering digunakan dalam bahasa inggris tentang Islam Washatiyyah adalah "Moderation and Balance" yang menjadi jalan tengah tetapi disitu ada keseimbangan. “Moderat dan Keseimbangan dalam  kriteria balance ini perlu kita pahamkan. Jika tidak, maka akan salah kaprah (salah memaknainya),” tegasnya.
Beberapa kriteria dari Washatiyyah modernis dan moderat tengahan tersebut diuraikan dengan sangat jelas oleh beliau agar warga muhammadiyah tidak terjebak ke golongan kanan dan golongan kiri. Karena beliau paham bahwa dalam Al-Qur'an sudah dijelaskan tentang manusia yang cenderung pada melampui batas.
Kembali lagi pada washatiyyah  dapat dipahami bahwa yang menempuh jalan tengah dan juga berjalan Lurus. Beginilah islam meninggikan jalan tengah dan Keadilan. Dalam sejarah Kebangkitan Islam abad ke-6, antara Persia dan Romawi Byzantium. Yang dapat mengalahkan Perang dingin  kedua Kubu itu antara Persia dan Romawi meruntuhkan perang dingin. Persia ditaklukan di Al qudsyah.
Din Syamsudin menanamkan nilai – nilai Islam yang mengutamakan makna keadilan setinggi - tingginya kepada peserta pengkajian PP tersebut. Di dalam Islam Washatiyyah ada al-haq dan tauhid. Dalam hadist yang paling di Ridhai oleh Allah adalah yang memberikan ketentraman hati. Maka dari itu mengapa agama islam disebut sebagi Islam Washatiyyah.  Karena agama tidak cenderung kekanan dan ke kiri tetapi berada dalam garis Tengah yang membentuk keseimbangan.
Beliau kemudian mulai memperkendor suasana dengan menyampaikan nuansa lain dalam Islam Washatiyyah adalah toleransi dan keterbukaan, dinni Syahadah sifat testimoni yang bersifat kesaksian dan Pembuktian dengan Kebudayaan.
Din Syamsudin lalu menyingung mengenai kondisi Indonesia yang sedang Gonjang - Ganjing, Carut-Marut karena meninggalkan Pancasila pada Sila ke-V Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, sehingga tidak ada kesejahteraan di Indonesia. Menurut beliau hal tersebutlah yang kemudian mencuatnya persepsi Agama yang dipisahkan dengan Politik.
“Hal itu tidak boleh karena pada dasarnya seorang Muslim adalah orang yang baik. Kalau ingin menjadi Pancasialis Sejati maka jadilah seorang yang agamis. Karena Agama akan menjadi perekat dan perkuat. Terkadang segelintir orang meremehkan hal ini. Ini juga menjadi Manifestasi Islam Washatiyah sebagai Fungsi Kebangsaan inilah yang akan meningkatkan wibawa politik umat Islam,” tegasnya
Kemudian beliau menutup uraiannya dengan meluruskan apa yang telah menjadi kesalahan yang sudah lama bahwa hal itu semua dapat dimulai dengan bagaimana kita menerima dasar negara, meluruskan cita-cita negara dengan meluruskan kiblat bangsa, menjadikan islam sebagai landasan sehingga kita menjadi upaya perisai dari ancaman dari luar.


Kontributor : Harbi Gemeli Putra
(Al-BayurieHum)



0 komentar: